Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi dimana komunikasi tersebut dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas ( Bungin, 2008: 71). Berdasarkan defenisi ini terdapat enam unsur penting dari komunikasi massa yaitu komunikator, media massa, informasi massa, gatekeeper, khalayak (publik) dan umpan balik. Komunikator dalam komunikasi massa merupakan pihak yang menggunakan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga informasi yang disebarkan dapat cepat ditangkap oleh publik. Informasi tersebut berupa pesan yang diterima oleh komunikan secara massa. Informasi yang sampai pada khalayak merupakan informasi yang telah diseleksi terlebih dahulu oleh gatekeeper dalam suatu organisai media massa. Khalayak dalam komunikasi massa adalah publik atau pemirsa yang bersifat heterogen dimana mereka telah menerima informasi yang disebarkan oleh media massa (Bungin, 2008: 72). Sementara umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda, namun seiring dengan perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan teknologi komunikasi seperti telepon dan internet maka umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan.
Terdapat beberapa defenisi komunikasi massa menurut para ahli yang dirangkum menjadi satu kesatuan oleh Rakhmat, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak serta elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004: 7).
Karakteristik Komunikasi Massa
Berdasarkan defenisi komunikasi massa tersebut terdapat karakteristik komunikasi massa yang membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya. Perbedaan yang dimaksud meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut (Ardianto, 2004: 7). Adapun yang menjadi karakteristik komunikasi massa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Komunikator terlembagakan (Ardianto, 2004: 8).
Komunikator dalam komunikasi massa adalah media massa itu sendiri. Artinya adalah semua pihak yang bekerja dalam sebuah media massa mulai dari wartawan, reporter hingga pada pimpinan redaksi yang bekerja dalam suatu sistem yang telah terlembagakan sebagai suatu kesatuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan kumpulan individu-individu yang memiliki perannya masing- masing dalam sebuah sistem media massa.
2. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum (Nurudin, 2004:
21).
Informasi atau pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa ditujukan kepada semua orang tidak hanya untuk sekelompok orang tertentu saja. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan tidak boleh bersifat khusus karena pesan tersebut akan disampaikan kepada masyarakat luas.
3. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen
(Ardianto, 2004:9).
Komunikasi massa bersifat anonim artinya pada komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain bersifat anonim komunikan pada komunikasi massa juga bersifat heterogen artinya adalah komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda karakteristik seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, agama dan latar belakang budaya.
4. Media massa menimbulkan keserempakan (Ardianto, 2004: 10).
Keserempakan media massa yang dimaksud adalah keserempaan kontak dengan khalayak dalam jarak yang jauh dengan komunikator dimana khalayak tersebut berada dalam keadaan yang terpisah satu sama lainnya.
5. Komunikasi berlangsung satu arah ( Nurudin, 2004: 23).
Komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon dari komunikannya atas informasi yang diberikan karena bersifat tertunda. Dalam komunikasi massa tidak dapat terjadi pengendalian arus informasi.
6. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (Nurudin, 2004: 28).
Gatekeeper adalah orang atau pihak yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper yang dimaksud antara lain pimpinan redaksi, wartawan dan editor. Informasi yang berasal dari media massa telah terlebih dahulu diseleksi oleh gatekeeper apakah informasi tersebut layak atau tidak untuk disebarkan.
Fungsi Komunikasi Massa
Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan- pesan lewat media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi” (2008 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa, sebagai berikut :
1. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
2. Fungsi Social Learning (Pembelajaran Sosial)
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adala h melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massadimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.
3. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.
4. Fungsi Hiburan
Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena
komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.
Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesa n dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002: 131). Media massa dibagi menjadi dua yakni media cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain, sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi dan radio.
Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nuruddin, 2004: 104).
Fungsi Media Massa
Menurut Muhtadi dalam bukunya “Jurnalistik Pendekatan Teori da n
Praktek” (1999: 84-85), fungsi dari media massa adalah sebagai berikut :
a. Menyiarkan informasi
Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat membeli media tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini.
b. Mendidik
Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan-pesan atau tulisan- tulisan yang disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat dijadikan media pendidikan massa.
c. Menghibur
Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan.
d. Mempengaruhi
Melalui fungsi mempengaruhi pers memegang peranan penting dalam tatanan
kehidupan masyarakat. Secara luas fungsi ini juga digunakan oleh media untuk menguasai pendapat dan tanggapan dari masyarakat.
Ditinjau dari sasaran/komunikan media massa maka setiap manusia menerima pesan apakah dari media cetak, elektronik atau online akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.
Televisi
Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Olii, 2007: 69). Sebagai salah satu media komunikasi massa, televisi merupakan media komunikasi yang paling efektif dibandingan dengan media komunikasi lainya seperti koran, majalah, radio dll. Hal ini dikarenakan khalayak yang menjadi komunikan televisi dapat menerima informasi visual dan audiovisual secara bersamaan.
Sejarah Pertelevisian di Indonesia
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustu s
1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia I V atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi TPI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan RCTI, SCTV, Indosiar dan ANTV. Sejak tahun 2000 muncul hampir serentak lima stasiun televis swasta baru (Metro TV, Trans TV, Trans7, Tv One dan Global TV) dan banyak lagi televisi lokal (Morrisan, 2004: 3).
Karakteristik Televisi
Sebagai salah satu bentuk media massa televisi memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan dengan bentuk media massa lainnya. Adapun karakteristik televisi yang dimaksud adalah sebagai berikut (Usman,
2009 : 23) :
1. Media pandang dengar (audio visual)
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar dimana orang-orang memandang gambar yang ditayangkan dan sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar.
2. Mengutamakan gambar
Kekuatan dari televisi adalah dari gambar yang hidup sehingga lebih menarik dibanding dengan media cetak.
3. Mengutamakan kecepatan
Deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan kecepatan dan ini menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.
4. Bersifat sekilas
Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi.
5. Bersifat satu arah
Bersifat satu arah dalm arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.
6. Daya jangkau luas
Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial dan ekonomi.
Defenisi Berita dan Pemberitaan
Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan belum ada defenisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai defenisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya.
Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian baru, penting, dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka (Olii, 2007:25).
Defenisi berita tersebut mengandung unsur yang :
a) Baru dan penting
b) Bermakna dan berpengaruh
c) Menyangkut hidup orang banyak
d) Relevan dan menarik
Kategori berita merupakan kategori terbesar dalam sajian media. Berita bisa saja berupa propaganda, informasi salah, dan informasi yang menyimpang atau berita yang noninformatif. Menurut Walter Lippman (Mcquail, 1996: 190), berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri. Dengan demikian, perhatian masyarakat diarahkan pada hal-hal yang menonjol dan bernilai untuk diperhatikan.
Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Kriteria Umum Nilai Berita
Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang panta s dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum nilai berita merujuk pada 9 hal di bawah ini, yaitu:
1. Keluarbiasaan (Unusualness)
Berita adalah sesuatu yang luar biasa.Oleh karena itu semakin besar suatui peristiwa, semakin besar nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa dapat dilihat dari 5 aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut.
2. Kebaruan (Newness)
Berita adalah semua apa yang terbaru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru. Oleh karena itu, semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita.
3. Akibat (impact)
Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat.
4. Aktual (Timeliness)
Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini tersebut mengandung informasi penting dan berarti.
5. Kedekatan (Proximity)
Berita adalah kedekatan.Kedekatan mengandung dua arti.Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal.Kedekatan Psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan dan kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa.
6. Informasi (Information)
Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang menghilangkan ketidakpastian.
7. Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.Konflik dan pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak pernah habis.
8. Orang Penting (Prominence)
Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figure publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita.
9. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)
Suatu peristiwa terkadang tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan pada masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya.
10. Kejutan (Surprising)
Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.
Kategorisasi Riset Pemberitaan
Dalam melakukan riset terhadap suatu bentuk pemberitaan pada sebuah media dibutuhkan tolak ukur yang tepat. Oleh karena itu Mcquail (1992) membuat kategorisasi untuk mengukur “Media Performance” dalam meriset mengenai pemberitaan (Kriyantono, 2008: 241-242), yaitu :
a) Faktualitas (Factualness)
Maint-point (apakah ada pencampuran antara fakta dan opini), nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability),dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability).
b) Keakuratan (Accuracy)
Verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita, dan akurasi penyajian.
c) Kelengkapan isi berita (Completeness)
Mencakup 5W+1H (What, Who, Where, Why, When, How)
d) Hubungan (Relevance)
Proximity psikografis, proximity geografis, timeless, significance, prominence, dan magnitude. Dengan kata lain, yang dimaksud relevan adalah berkaitan dengan nilai berita.
e) Keseimbangan (Balance)
Ada atau tidak ada “Source Bias” (penampilan satu sisi dalam penampilan, seperti ketidak seimbangan sumber berita), ada atau tidak ada “Slant” (kecenderungan/berita miring), dan ketidakseimbangan.
f) Netralitas (Neutrality)
Sensionalism, stereotype, junxtaposition (membandingkan dua hal yang tidak sebanding), dan linkages (membandingkan dua hal yang tidak relevan).
Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi karena objek dan material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Teori stimulus-respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan- pesan media dan reaksi audience. Dengan kata lain, menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R yang merupakan reaksi bersifat khususterhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan menyesuaikan antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2003:254).
Elemen-Elemen Teori S-O-R
McQuail (Bungin, 2008: 277) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah:
(a) pesan (Stimulus);
(b) seorang penerima atau receiver(Organism); dan
(c) efek (Respons).
KOMUNIKASI MASSA
4/
5
Oleh
Unknown